Toet ...toett, selamat tahun baru sahabat Agen Property. Tahun 2014 telah kita lewati dan sekarang kita menyongsong tahun baru 2015 dengan tantangan dan semangat baru. Melambatnya pertumbuhan sektor properti tahun 2014, diprediksi tak akan berlanjut pada tahun 2015 mendatang. Hal ini dimungkinkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi meningkat, tingkat permintaan menguat, dan iklim investasi yang positif.
Indonesia, masih sangat menarik untuk investasi properti. Negara ini masih dalam tahap pertumbuhan. Dengan pasar luar biasa besar, sekitar 235 juta penduduk, Indonesia masih lebih seksi dibanding negara-negara lainnya di Asia Tenggara. "Permintaan hunian tidak akan berkurang. Terlebih harga bahan bakar minyak (BBM) sudah turun, daya beli masyarakat akan kembali membaik. Mereka yang sebelumnya memutuskan menunda pembelian rumah tahun ini, akan mengeksekusi pembelian tahun di tahun ini sebagai investasi, sebelum harga properti meroket lagi. Sementara pendiri Ciputra Group, Ciputra, justru optimistis, pasar properti Indonesia dapat terus bertahan dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Kendati ekonomi melemah dan tingkat inflasi berpotensi melonjak akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Kita akan terus berkembang. Kita ciptakan market sendiri. Karena kalau tidak ada market, properti akan lambat. Pasar properti Indonesia paling bagus dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Kita akan bangun market menjadi lebih berkembang, meskipun ada potensi hambatan kenaikan BBM yang memicu inflasi, properti justru lebih laku. Investor akan memilih properti ketimbang deposito. Kalau dananya ditempatkan di bank, bunganya tetap, belum lagi dipotong cost of fund. Biaya uang jadi naik. Mending beli properti," papar Ciputra. Ciputra yakin, Indonesia bahkan masih akan lebih baik di antara sesama negara Asia Tenggara lainnya jika Masyarakat Ekonomi ASEAN berlaku pada 2015 mendatang.
Namun begitu, menurutnya di sisi lain beberapa peluang akan tetap tumbuh. Tahun 2015 pemerintah akan fokus di infrastruktur sehingga potensi ke depan akan baik bagi perkembangan pasar properti. Selain itu juga masuknya investor asing menjelang dan sampai penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. "Rupiah yang tertekan tidak selamanya buruk, bidang ekspor akan naik bersamaan dengan maraknya arus asing di kawasan industri," tukasnya. Properti komersial di kawasan dengan basis ekonomi industri, kata dia, akan tumbuh karena pasarnya masih besar. Apartemen untuk ekspatriat akan semakin marak. Apartemen menengah di kisaran Rp300 – Rp800 juta dan rumah tapak di kisaran Rp500 juta – Rp1 miliar masih cukup berpeluang. Disamping itu, di semester II/2015 diperkirakan BI Rate akan turun untuk memberikan stimulus sektor riil karena tidak bisa selamanya dilakukan pengetatan. Setelah kawasan industri umumnya siklus pasar perkantoran akan segera naik diperkirakan tahun 2016.
0 komentar:
Posting Komentar